Recent Posts

madobak village is the most famous traditional village in Indonesia

madobak village is the most famous traditional village in Indonesia

December 25, 2017 Add Comment

The villages of Madobak, Ugai and Matotonan are not actually designed for tourist destinations, but their traditional culture and life are very sustainable and unique, making this village attract tourists.

Located on the southern Siberut river. To reach this village start from Muara Siberut, you have to take route Purou-Muntei-Rokdok-Madobak-Ugai-Butui-Matotonan. Each village has its own unique culture.

Madobak, for example, is famous for the cool Kulu Kubuk waterfall. This waterfall has two levels with a height of 70 meters. Each village is also famous for its traditional house, locally known as Uma, and its traditional ceremony performed by Sikerei or Shaman.

These traditional ceremonies are usually staged during the wedding and enter a new home, the goal is to cast out evil spirits. Shamans in these three villages still faithfully wear panties and headbands (Luat) made of colorful beads.

Some locals still have Mentawai traditional tattoos made from sugar cane and coconut charcoal. This tattoo is made by using nails and needles and two pieces of wood as pads and hammers. According to local residents, the process of making this tattoo is very painful.

Get around

Visiting these three villages is an amazing experience. Their natural life can be seen from Uma's wooden houses, sago processed into their staples, motorboats on the banks of the river and their diverse local cultures.

In this countryside, people use wood for cooking. Seeing residents take sago with their buckets is an exciting activity to behold.

In addition to visiting Kulu Kubuk waterfalls in Madobak village or border area of ​​Siberut National Park in Matotonan village, visitors can interact with the daily life of local people and participate in their traditional ceremonies.

Transportation

You can visit this countryside through the Rereget River. This river is the path to the upper reaches of the coast at Muara Siberut. With about 3 hours to get to Madobak, 4 hours to Ugai and five or 6 hours to Mototona by boat.

During the peak season, travel time will be a little short. You are advised to use a small motor boat known as a pompong.

The distance between Muara Siberut and Matotonan, is the most remote village, about 40 km. Unfortunately, the Rereget River is tortuous and uphill. You can see sago trees on both sides of the river.

To visit Muara Siberut from the arrival gate at Minangkabau International Airport, West Sumatera, visitors must go to the port of Muara Padang by bus. From there, visitors use motor boats to cross the Indian Ocean to Siberut Island.

The schedule of the boat from Padang to Siberut only twice a week ie Sunday night (ships Sumber Rezeki Baru) and Thursday night (ship Simasin) this trip about one day means ship back to Padang on Tuesday and Friday night. Ticket prices Rp 105.000 to Rp 125,000.

In addition, there are additional vessels operating in the first and second weeks of each month. The Ambu-Ambu ship departs on Saturday night from Muara Padang and returns from Siberut to Padang on Sunday night.

If you take the road from Tuapejat, which is the capital of the Mentawai district then from Minangkabau International Airport, you can rent a small plane like Tiger Air or SMAC to Tuapejat on Sipora Island. After that, you can rent a boat for a trip of about 3 to 4 hours to Muara Siberut
Desa wisata Lebong Gajah kampung sehat dan berpenghasilan

Desa wisata Lebong Gajah kampung sehat dan berpenghasilan

December 20, 2017 Add Comment




Idenya sederhana tetapi menyelesaikan beberapa agenda sekaligus, budidaya ikan di selokan. Itulah yang dilakukan warga kelurahan Lebong Gajah, Sako, Palembang. Mereka menggunakan parit yang melintasi perkampungan mereka untuk budidaya beragam jenis ikan seperti lele, nila bahkan ikan hias jenis koi. Hasilnya, warga tidak hanya mendapatkan tambahan penghasilan saja tetapi lingkungan pemukiman mereka menjadi bersih dan sehat ( tidak kumuh ).

Ide sederhana namun kreatif ini pertama kali diwacanakan oleh Aiptu Sobirin, seorang anggota polisi yang tinggal di RT 58 kelurahan Lebong gajah. Gagasan ini muncul ketika Aiptu Sobirin yang juga anggota Bhabinkamtibmas Polsek Sako, melihat selokan-selokan di tempat tinggalnya selama ini terlihat kumuh karena banyaknya sampah yang dibuang di selokan dan mengakibatkan selokan tidak lancar. Upaya mengajak warga membersihkan selokan dengan cara kerja bakti tidak cukup efektif karena perilaku membuang sampah di selokan tetap tidak berubah dan menjadi kebiasaan setiap hari.

Kotornya selokan tidak hanya membuat pemandangan menjadi terganggu karena kesan kotor saja melainkan juga menerbitkan berbagai efek negatif lain seperti penyakit, bau busuk dan tentunya  mengharuskan warga kerja bakti untuk terus membersihkannya. Padahal semestinya, selokan di lingkungan ini memiliki air yang cukup jernih dan cukup sehat jika tidak dikotori oleh sampah. Sobirin lalu mengajak beberapa warga untuk mulai bergerak membersihkannya dan membudidaya ikan.


Sobirin memberikan beberapa teknik untuk budidaya ikan, mereka diajak membersihkan beberapa puluh meter selokan dan membuat waring alias wadah yang dibatasi jaring untuk memelihara ikan. Ketua RT 58 Johan seperti dikutip dari Tribunnews.com menjelaskan, beberapa warga lalu menebar 6000 ekor benih ikan yang terdiri dari beberapa jenis seperti yang dijelaskan diatas. “ Sekitar satu bulan kami membersihkan, memasang waring dan mengisinya dengan sejumlah benih-benih ikan,” katanya. Selama sebulan itu pula warga yang tadinya tidak terlalu tertarik menjadi kepincut dan mengikutinya. Mereka lalu beramai-ramai melakukan hal yang sama pada parit-parit di sekitar rumah mereka.

Dalam beberapa minggu saja parit yang sebelumnya kumuh, ditumbuhi banyak rumput belukar, seketika menjadi selokan yang bersih dan jernih. Pasalnya kalau air digunakan untuk memelihara ikan kan harus bersih, sehat dan jernih otomatis warga rajin menjaga selokannya,” kata Johan. Belakangan, bukan hanya bersih dan indah saja yang membuat kampung ini menjadi meriah. Usaha yang diinisiasi Aiptu Sobirin dan warga RT 58 ini membuat kampung Lebong gajah langsung terkenal di Palembang. Berbagai media langsung ikut meliputnya bahkan membuat kampung Lebong Gajah kini dikenal di seluruh nusantara. Sekarang, warga sedang mengusahakan puluhan ribu bibit ikan untuk menambah benih tambak-tambak uniknya ini.

Alhasil, manfaat berlebih didapatkan warganya. Pertama, mereka sekarang memiliki tambak-tambak yang dapat menghasilkan tambahan pendapatan keluarga dan memberikan peningkatan gizi dan sehat untuk konsumsi kesehariannya. Kedua, selokan yang dulu terlihat kumuh dan menyebabkan banyak penyakit, kini menjadi bersih dan enak dipandang. Satu lagi, gara-gara ide sederhana itu kini kampung Lebong gajah menjadi obyek wisata pendidikan baru bagi anak-anak sekolah mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya lingkungan menjadi lebih bermanfaat. Ide sederhana itu terbukti merubah dan menghasilkan banyak hal. Apakah anda tertarik?

Tol Cilacap - Jogja segera dikerjakan

December 19, 2017 Add Comment

Pemerintah akan membangun jalan tol dari Bandara Kulon Progo ke Kota Yogyakarta akses dari Bandara dan Pusat Provinsi Yogyakarta.  Rencana pembangunan jalan tol dari Bandara Kulon Progo ke Kota Yogyakarta merupakan rangkaian proyek pembangunan jalan tol Bandung-Tasikmalaya-Cilacap-Yogyakarta-Solo.

“Proyek pembangunan jalan tol dari Cilacap menuju Yogyakarta akan dibelokkan jalurnya melalui bagaian utara Bandara. Kalau tidak dibelokkan akan menabrak Bandara Kulon Progo. Kalau dibelokkan ke selatan tidak mungkin karena sudah langsung laut,” terang Menteri PU dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono.

Pembangunan jalan tol dari Cilacap ke Yogyakarta yang akan melalui Bandara kulon Progo ditargetkan bisa dimulai pada 2018. Proyek ini akan menggandeng pihak swasta. "Mereka (swasta) sudah memasukkan (proposal) dan sekarang sedang dievaluasi. Habis itu baru nanti kita usulkan penetapan lokasi (penlok)-nya, baru pembebasan lahan, baru mulai (pembangunan)," urai Basuki.

Basuki menyampaikan, sebelum pengerjaan proyek jalan tol Cilacap-Yogyakarta, akan lebih dulu dikerjakan jalan Yogyakarta ke Solo. Pasalnya, jalur Yogyakarta-Solo akan menjadi satu proyek jalan tol dari Bandung sampai Solo.
December 17, 2017 Add Comment

Wacana Koalisi Nasionalis - Religius


Saat ini beredar wacana untuk memasangkan Sudirman dengan pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, KH Yusuf Chudlory atau Gus Yusuf, yang juga ketua DPW PKB Jawa Tengah,

"Saya dikasih clue para kiai bahwa itu (NU) salah satu unsur masyarakat yang signifikan yang berperan di masyarakat sehingga perlu diprioritaskan," kata Sudirman Said saat ditemui wartawan di rumah Ketua DPD Gerindra Jawa Tengah, Abdul Wachid, di Margoyoso, di Kecamatan Kalinyamatan, Jepara, Jumat (15/12).

Untuk itu, Sudirman mengaku, sudah mendatangi beberapa pesantren. "Terpenting tidak pernah dan tidak akan korupsi dan dekat dengan masyarakat," lanjutnya.

Abdul Wachid menambahkan memastikan PAN sudah merapat. Bahkan untuk calon wakil sudah dibicarakan secara intens dengan partai koalisi.

Baca : Cara cepat belajar cerdas

"PAN sudah pasti berkoalisi dengan kami. Saat ini masih menunggu keputusan PKS. Untuk calon wakil, PAN dan PKS belum mengusulkan nama. Kemungkinan akan sepakat dengan kami (kalangan NU)," terang Wachid.

Sementara itu, kalangan grassroot Partai Gerindra menilai wajar atas munculnya wacana memasangkan Sudirman dan Gus Yusuf.

Anggota DPRD Kabupaten Demak dari Fraksi Partai Gerindra, Mu'ti Kholil mengatakan, Gus Yusuf memiliki karisma yang bisa diterima semua kalangan. Gus Yusuf, kata dia, juga dikenal dekat dengan kalangan pesantren di Jawa Tengah.

"Suara ulama masih sangat dihormati di Demak. Kami yakin dan optimistis, bukan hanya di Demak, kharisma Gus Yusuf dapat mendongkrak suara di kota lainnya, untuk memenangkan Sudirman Said di Pilgub Jateng 2018," kata ketua Fraksi Partai Gerindra di DPRD Demak itu, seperti dikutip Kompas.com.

Senada, Pengasuh Pondok Pesantren Al Muttaqin Pemalang, KH Muhtar Alhafidz menyatakan, Gus Yusuf merupakan figur paling layak mendampingi Sudirman Said. Keduanya dinilai pasangan yang ideal, yakni antara nasionalis dan religius.

"Pak Sudirman mewakili kaum nasionalis, Gus Yusuf representasi kalangan religius. Gus Yusuf selain ketua partai, juga ulama dan basisnya kuat di kalangan nahdliyin. Perpaduan yang afdol," ujarnya.

Tunggu DPP

Dalam kesempatan terpisah, Wakil Ketua DPW PKB Jawa Tengah, Ida Nursyaadah menyampaikan, pihaknya masih menunggu keputusan DPP PKB terkait siapa yang akan diusung oleh partai terbesar kedua di Jateng ini, untuk maju sebagai bakal calon gubernur di Pilgub Jateng 2018.

Ida mengatakan, saat ini semua kader dan pengurus tetap menunggu keputusan DPP. Akan tetapi, sampai saat ini semua anggota Fraksi terus bekerja mensosialiasasikan mantan Menteri Desa, Marwan Ja’far.

Mengenai munculnya wacana memasangkan Sudirman Said dan Gus Yusuf, Ida menyatakan, pihaknya menyambut baik. Hal itu menunjukan kader PKB diperhitungkan di Jateng.

"Di antara banyak kader, Gus Yusuf memang yang terbaik dan paling layak. Kami sangat apresiasi terhadap keinginan rekan rekan Gerindra," ujar sekretaris Fraksi DPW PKB DPRD Jawa Tengah ini saat ditemui di Gedung DPRD Jateng, Jumat kemarin